alasan ilmiah mengapa manusia mudah gemas pada kucing


   Tak ada yang bisa menahan wajah imut dari seekor kucing atau binatang lainnya.
Seketika, wajah lucu ini akan menghangatkan jiwa dan membuat senyum jadi merekah. Ini adalah reaksi yang wajar ketika melihat hewan yang hangat dan berbulu. Namun mengapa hal ini bisa terjadi?
  Mengutip Nine, ada alasan ilmiah mengapa otak manusia tak bisa menahan kelucuan hewan berbulu termasuk kucing.Tahun 1940, ahli zoologi Austria dan ahli etologi Konrad Lorenz mengidentifikasi fitur-fitur tertentu yang dikategorikan sebagai sisi imut. Ciri-ciri tersebut adalah kepala besar, dahi tinggi, mata besar, hidung dan mulut kecil, dan pipi tembam.

Karakteristik ini dikenal sebagai kindschenschema atau kinderschema. Secara fisik, bentuk kelucuan ini diterjemahkan dalam bentuk bayi.

Dengan melihat fitur atau karakteristik imut dan lucu seperti di atas, ketika melihat bayi yang baru lahir dan punya karakteristik tersebut, otak secara tak langsung akan 'memaksa' Anda untuk merawat bayi.
ilustrasi kucing

Bayi binatang

  Hal ini tak cuma terjadi pada bayi manusia. Otak juga akan mengenali kinderschema pada bayi binatang atau bahkan benda mati dengan karakteristik demikian.
  Bayi kucing atau bayi anjing kerap diasosiasikan dengan binatang terimut dengan cat eye atau puppy eye-nya.
  Tahun 2014, tim dari University of Portsmouth menemukan bahwa anjing secara aktif sering mengangkat alis dalam dan melebarkan mata mereka. Gaya inilah yang dikenal sebagai puppy eye yang sulit ditolak kelucuannya. Dengan gaya ini, anjing lebih cepat menemukan rumah barunya dibanding mereka yang tak mengeluarkan jurus maut kelucuannya ini.

 

Comments